Kang Ubay Penyayang Orang Gila
KETIKA menjumpai orang gila di jalanan, apa
reaksimu? Menertawaikah? Memejamkan matakah? Atau jijik bahkan takut?
Reaksi semacam itu tak mungkin
terjadi pada diri Kang Ubay. Lelaki kelahiran Cimahi ini selalu mendekati orang
gila yang dijumpainya di jalanan. Bahkan saat berkendaraan pun akan dia
paksakan untuk berhenti, kemudian turun dari mobil untuk menghampiri orang gila
itu.
“Kasihan, mereka tidak punya tempat
tinggal, bahkan gak tahu lagi siapa saudaranya dan di mana alamat rumahnya.
Karena itulah orang-orang seperti itu selalu saya bawa ke Ponpes untuk dirawat supaya
sembuh,” kata Kang Ubay.
Kang Ubay atau lengkapnya KH MD
Ubaydillah AB adalah pemilik Pondok Pesantren (Ponpes) Roudlotul ‘Ulum yang
terletak di Cicasawi, Cihanjuang, Cimahi. Lelaki bertitel S.Pd.I (Sarjana Pendidikan
Islam) ini “mewakafkan” jiwa-raganya untuk “hamba-hamba Allah” dengan cara
mendirikan dan mengurus Ponpes yang dia khususkan bagi anak-anak dari keluarga
yang kurang mampu.
Dari 1.200 orang santrinya saat ini,
60% diantaranya merupakan fakir-miskin dan yatim-piatu, yang seluruhnya tinggal
di asrama pondok yang dibangun dan dikelolanya. Para santri yang fakir, miskin,
yatim dan yatim-piatu dibebaskan sepenuhnya dari berbagai biaya.
Di Ponpes itu, Kang Ubay juga merawat
dan mengupayakan kesembuhan orang gila secara gratis —sebagian besar adalah
orang gila yang dia ambil dari jalanan. Penyembuhan itu dilakukan oleh Kang
Ubay melalui terapi, olahraga dan doa.
“Penyebab sakitnya macam-macam. Latar
belakang pendidikan dan ekonominya juga beragam. Ada yang insinyur, mendadak
sakit karena hak warisnya diserakahi oleh saudaranya. Ada juga yang karena narkoba.
Alhamdu lillah sebagian besar cepat sembuh,” kata alumni Ponpes Lirboyo Kediri
itu.
Terapi dilakukan, antara lain, dengan
cara mandi di sungai yang ada air terjun. Ponpes Roudlotul ‘Ulum memiliki area seluas
dua hektare, dan di bagian belakangnya terdapat sungai serta air terjun. Di
situlah orang-orang gila itu dimandikan. Sebagaimana layaknya dataran tinggi,
air di situ sangatlah dingin.
“Air dingin sangat berpengaruh di tubuh.
Orang sakit jiwa, apalagi yang disebabkan oleh narkoba, cepat merasakan dampak dari
mandi air dingin di tengah malam atau sebelum subuh,” jelasnya.
Para ‘pasien’ yang sudah sembuh, hampir
seluruhnya tak ada yang pulang ke rumahnya lagi. Mereka tetap tinggal di
Ponpes, mengikuti pelajaran kepesantrenan di situ sambil membantu beberapa
pekerjaan yang memungkinkan.
“Mau pulang kemana, mereka juga gak tahu
dimana rumahnya. Kadang ada juga kok yang dengan nama dirinya sendiri pun lupa.
Kasihan,” jelas Kang Ubay.
Kang Ubay bersemangat mengurusi orang
gila lantaran niat tulus yang tumbuh di dasar hatinya. Dia mengaku tak pernah
menangis saat shalat taubat, tetapi selalu menangis ketika ada orang gila yang
dia pungut dari jalanan itu minta untuk dia suapi saat makan.
“Guru saya bilang, bahwa orang gila itu
tidak seluruhnya gila. Bisa saja ada waliyullah di situ,” ungkapnya.
Di tengah kesibukannya, Kang Ubay masih
juga berkesempatan menulis lagu sekaligus menyanyikannya untuk keperluan dakwah.
Salah satu lagunya dapat dinikmati di sini: https://youtu.be/o4_iARIAlBI
Data Pemerintah
Jumlah orang gila (manusia terkena gangguan
kejiwaan atau gangguan mental) di Indonesia masih sangat besar. Riset Kesehatan
Dasar Kementerian Kesehatan (Riskesdas Kemenkes) mencatat, pada 2018 terdapat sebanyak
282.654 rumah tangga atau 0,67% masyarakat di Indonesia mengalami
Skizofrenia/Psikosis.
Skizofrenia merupakan gangguan mental
yang terjadi dalam jangka panjang, sedangkan Psikosis merupakan kondisi di mana
penderitanya mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengimbau masyarakat untuk peduli terhadap gangguan
kesehatan jiwa atau mental. Perawatan preventif dan primer dapat
dilakukan di Puskesmas, namun saat ini lebih banyak dilakukan di RSU dan RSJ. “Beberapa
Puskesmas di Jakarta sudah melakukan penananganan preventif,” kata dr Agung
Frijanto SpKJ, Sekretaris PDSKJI.
Data Riskesdas Kemenkes juga mencatat prevalensi Gangguan Mental Emosional
(GME) sebesar 9,8% dari total penduduk berusia lebih dari 15 tahun —meningkat sekitar
enam persen dibandingkan kondisi 2013.n
Luar biasa menolong sesama orang ny, orang gila bisa di tolong smpi sembuh 👍🏽
ReplyDeleteMasya allah luar biasa menolong sesama ny. Orang gila di rawat smpi sembuh subhan allah 👍🏽
ReplyDeleteSubhanalloh barokalloh pun guru
ReplyDelete